Kamis, 19 November 2015

Proses Pengecoran


Proses Pengecoran

 Proses pengecoran meliputi : pembuatan cetakan, persiapan dan peleburan logam, penuangan logam cair ke dalam cetakan, pembersihan coran dan proses daur ulang pasir cetakan. Produk pengecoran disebut coran atau benda cor. Berat coran itu sendiri berbeda, mulai dari beberapa ratus gram sampai beberapa ton dengan komposisi yang berbeda dan hampir semua logam atau paduan dapat dilebur dan dicor. Pengecoran merupakan proses tertua yang dikenal manusia dalam pembuatan benda logam, bahkan telah ditemukan benda cor yang diduga berasal dari tahun 2000 S.M (Sebelum Masehi).
Proses pengecoran ini adalah proses yang fleksibel dan berkemampuan tinggi sehingga merupakan proses dasar yang penting dalam pengembangan industri logam dan mesin Indonesia yang mulai digalakkan memasuki Pelita IV dan seterusnya. Penelitian di bidang pengecoran menghasilkan teknik pengecoran baru atau adaptasi teknik pengecoran yang telah ada, sehingga industri pengecoran masih mampu bertahan. Laju produksi yang meningkat, penyelesaian permukaan yang lebih baik, toleransi dimensi yang ketat dan sifat mekanik yang lebih baik, menyebabkan orang langsung memikirkan proses pengecoran untuk membuat sesuatu benda.
Proses pengecoran secara garis besar dapat dibedakan dalam proses pengecoran dan proses pencetakan. Pada proses pengecoran tidak digunakan tekanan sewaktu mengisi rongga cetakan, sedang pada proses pencetakan logam cair ditekan agar mengisi rongga cetakan. Proses pencetakan akan dibahas dalam Bab 6 dengan judul Proses Pengecoran Khusus. Karena pengisian logim berbeda, cetakan pun berbeda sehingga pada proses pencetakan cetakan umunnya dibuat dari logam. Pada proses pengecoran cetakan biasanya dibuat dari pasir meskipun ada kalanya digunakan pula plaster, lempung, keramik atau bahan tahan api lainnya.

PASIR
Ada dua cara pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir. Pembagian dilakukan berdasarkan jenis pola yang digunakan :
(l) pola yang dapat digunakan berulang-ulang dan(2) Pola sekali Pakai.
Pada cara petama, pasir dipadatkan di sekitar pola yang kemudian dikeluarkan. Rongga yang terjadi kemudian diisi dengan logam cair menghasilkan benda cor. Pola sekali pakai dibuat dari polisteren atau bahan lain yang setara dan tidak dikeluarkan. Pada waktu logam cair dituang ke daiam cetakan. pola tersebut menguap. Urutan pembahasan proses pengecoran adalah sebagai berikut :
1. Prosedur pembuatan cetakan
2. Pembuatan pola
3. Pasir
4. Inti
5. Peralatan (mekanik)
6. Logam (bahan baku)
7. Penuangan dan pembersihan benda cor.

PROSEDUR PEMBUATAN CETAKAN
Cetakan diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan :
1. Cetakan pasir basah (green-sand molds)
    Cetakan dibuat dari pasir cetak basah. Prosedur pembuatannya dapat dilihat pada gambar 5.1.
2. Cetakan kulit kering (Skin dried mold)
    Ada dua cara yang dapat ditempuh di sini:
 (1) Pasir di sekitar pola setebal ± l0 mm dicampur dengan pengikat sehingga bila pasir mengering terbentuk permukaan yang keras. Bagian lainnya terdiri dari pasir basah biasa.
(2) Seluruh cetakan dibuat dari pasir basah kemudian permukaannya yang bersinggungan dengan pola disemprot atau dilapisi bahan yang mengeras bila dipanaskan. Pelapis terdiri dari minyak cat, molas, sagu atau bahan sejenis. Permukaan harus dikeringkan dengan hembusan udara atau pemanasan.
3. Cetakan pasir kering (Dry-sand molds)
Cetakan dibuat dari pasir yang kasar dengan bahan pengikat. Karena harus dipanaskan dalam dapur sebelum digunakan, tempat cetakan terbuat dari logam. Cetakan pasir kering tidak menyusut sewaktu kena panas dan bebas dari gelembung udara. Baik cetakan permukaan kering maupun cetakan pasir kering banyak digunakan di pengecoran baja.
4. Cetakan lempung (Loam molds)
IJntuk benda cor yang besar digunakan cetakan lempung. Kerangka cetakan terdiri dari batu bata atau besi yang dilapis dengan lempung kemudian diperhalus permukaannya. Cetakan kemudian dikeringkan agar kuat menahan beban logam cair. Pembuatan cetakan lempung memakan waktu yang lama sehingga agak jarang digunakan.
5. Cetakan furan (Furan molds)
Pasir yang kering dan tajam dicampur dengan asam fosfor yang dalam hal ini merupakan reagens pemercepat. Resin furan ditambahkan secukupnya dan campuran diaduk hingga resin merata. Pasir dibentuk dan dibiarkan mengeras, biasanya setelah 1 atau 2 jam bahan cukup keras. Pasir resin furan dapat digunakan sebagai dinding atau permukaan pada pola sekali pakai.
6. Cetakan CO2
Pasir yang bersih dicampur dengan natrium silikat dan campuran dipadatkan di sekitar pola. Kemudian dialirkan gas CO2 dan campuran tanah akan mengeras. Cetakan CO2 diterapkan untuk bentuk yang rumit dan dapat menghasilkan permukaan yang 1icin.
7. Cetakan logam,
Cetakan logam terutama digunakan pada proses cetak-tekan (die casting) logam dengan suhu cair rendah. Coran yang dihasilkan mempunyai bentuk yang tepat dengan permukaan yang licin sehingga pekerjaan pemesinan berkurang.
8. Cetakan khusus
Cetakan khusus dapat dibuat dari plastik, kertas, kayu semen, plaster atau karet. Perihal cetakan khusus akan dibahas secara terperinci dalam Bab 6 "Proses Pengecoran Khusus".

Proses Pembuatan Cetakan
Proses pembuatan cetakan yang dilakukan di pabrik-pabrik pengecoran dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pembuatan cetakan di meja (Bench molding).
    Dilakukan untuk benda cor yang kecil.2. Pembuatan cetakan di lantai (Floor molding)
    Dilakukan untuk benda cor berukuran sedang atau besar.
3. Pembuatan cetakan sumuran (Pit molding)
Benda cor yang besar sekali biasanya dituang dalam sumuran. Sumuran tersebut merupakan drag dan di atasnya dibuat suatu kup. Sisi sumuran diperkuat dengan lapisan bata dan alas ditutupi lapisan sinter yang tebal yang dihubungkan dengan pipa-pipa pelepas gas ke lantai pabrik. Cetakan sumuran tahan terhadap tekanan tinggi yang di timbulkan oleh gas panas dan biaya pembuatannya tidak terlalu mahal.
4. Pembuatan cetakan dengan Mesin (Machine molding)
Kini sebagian besar pekerjaan yang tadinya dilakukan dengan tangan, dilakukan dengan mesin. Memadatkan pasir, membalik cetakan dan membuat saluran masuk dilakukan dengan mesin dan jauh lebih efisien dibandingkan dengan cara terdahulu.
Belahan pola diletak-kan di atas papan cetakan, drag siap diisi pasir.

Drag telah dibalik dan pasangan belahan pola diletakkan di atasnya. Cope siap diisi pasir.

Cetakan telah siap pakai lengkap dengan inti di tempatnya.


Gambar 5.1 : Prosedur pembuatan cetakan pasir
Pembuatan Cetakan

sebagai contoh akan diuraikan pembuatan roda gigi seperti pada Gambar 5.2 di bawah ini. Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flask) yang terdiri dari dua bagian, bagian atas disebut kup, dan bagian bawah disebut drag, Pak kotak cetak yang terdiri dari tiga bagian, bagian t"trg.ttny-a disebut cheek. Kedua bagian kotak cetakan disatukan pada tempat tertentu dengan lubang dan pin.

Prosedur Pembuatan Cetakan

Pertama_tama, belahan pola diletakkan di aras papan kayu yang rata, kemudian ;;; ;;;att*ut (drae) diletakkan di atas kayu, lihat Gambar 5'2A' Drag diisi penuh :;r-s"" pasir, yang ai*ui-,puttun secara manual atau mesin, tergantung pada besar kecil- r1.a cetakan. P"mamputun pasir memerlukan pengalaman. Bila pasir kurang padat, cetak-*-,nrJurr rusak pada waktu pengerjaannya atau rusak akibat aliran logam cair' Bila :erlalu padat, gas dan uap sulit menguap hal ini dapat menyebabkan terjadinya cacat dalam benda cor.
** s*r.rr pemampatan pasir selesai, pasir yang berlebihan diratakan' untuk memudahkan pelepasan gas sewaktu penuangan, pasir ditusuk-tusuk di beberapa tempat Cenian bagian bawahkemudian dibalik, dengan demikian kup dapat dipasangkan ian cetakan diselesaikan. Sebelum dibalik, ditaburkan pasir kering dan di atasnya diletakkan papan. Drag dibalik dan alas cetakan diangkat dan tampaklah pola' Permukaan i.ri, olruiutun dan ditabu i pasir kering. "Pasir kering yang ditaburkan adalah pasir silica lering yang halus dan tidak ada kekuatannya. Pasir ini mencegah melekatnya pasir dari kedua bagian cetakan.
SetlUn itu kup diletakkan di atas drag, lihatGambar 5.28 pasak (pin) dipasang sehingga tidak dapat terjadi pelgeseran. Pada cetakan bagian atas perlu dibuat alur rurun (sprue) yung *.rrput un *iu'u" pengalir logam cair' suatu pin rrrus (sprue pin) Jitempatkan t 25 mm a^i nti - kanan pola. Kemudian kup diisi pasir, dipadatkan dan Jiberi lubang pelepasan gas' sama halnya dengan persiapan cetdkan bagrarr bawah tadi.
cetakan hampir seiesai, tinggal mengeluarkan pola dan pin alur turun. Pertama-,"-" pi"-ruir*n **n dikeluarkan, kemudian dibuat cawan tuang pada ujung alur turun sehingga terjacli lubing yang agak besar untuk menuangkan logam cair' Kup keruoiun dile!'askan dan dibalik. Sebelum belahan pola dilepas, pasir di sekitar rongga :etakan diseka dengan kain lembab untuk menjaga agar tepi-tepi rongga cetakan tidak rontok. Belahan pola kemudian dilepaskan' Sebelum cetakan ditutup, perlu dibuat u1u; *u*t (gaie) antara rongga cetakan dengan saluran turun' Penampang saluran *urut A"t* ..Ltun jangan terlalu besar untuk memudahkan pematahannya' Untuk mengimbangi p"nyuruiunlogam, pada kup dibuat lubang yang memuat logam cadangan dan lulang ini disebut riser atau penambah'
Permukaan rongga cetakan dibasahi, diseka atau ditaburi serbuk pelapis' Serbuk pelapis terdiri dari ,.pir'g silikon dan grafit dengan komposisi tertentu tergantung pada tenls logam yang dicor. P"elapisan permukaan bertujuan menghaluskan penyelesaian permukaan benda cor dan mengurangi timbulnya cacat. Cacat permukaan.
Pada Gatnbar5.2Ctampak cetakan yang telah selesai sebelum logam dicor, cetakan harus diberi beban pemberat untuk menghindarkan terangkatkan kup yang dapat menyebabkan terjadinya aliran logam di antara kedua belahan ietakan.

Cetakan Pola Sekali Pakai
Pola sekali pakai umumnya terdiri dari satu bagian, ditempatkan di atas papan alar dan drag dibuat sebagaimana biasanya. Setelah drag selesai, dibalik, dan ditaniuttan dengan pembuatan kup. Jangan lupa membuat rubang-lubang pelepas udara. Meskiprm lazirnnya dipergunakan pasir basah, pasir jenis lainnya banyak digunakan juga, khusur nya pada bagian permukaan pola. Tidak diperlukan pasir pemisah antara kup dan drag karena pola hanya dibuka ketika akan mengeluarkan benda coran. Saluran turun dar bagian dari sistem saluran masuk lainnya biasanya merupakan bagian dari pola. Poh polistiren termasuk saluran turun dan saluran tuangnya ditinggalkan dalam cetakan. Logam cair (lihat Gambar 5.3) dituangkan dengan cepat ke dalam saluran turun; polirtiren menguap;dan logam cair mengisi rongga cetakan.
Pol isti ren

pola sekali pakai Logam cair memasuki cetakan dalam cetakan pasir menggahtikan pola polisteren

Gambar 5.3. Cetakan pola sekali pakai
Setelah logam membeku dan dingin. benda cetak dikeluarkan dan dibersihkan. L,ogam dituang dengan cepat untuk mencesah terjadinl,a pembakaran polistiren yang mengakrbatkan terjadin-va residu karbon. Cas vang terjadi akibat penguapan bahan, terdorong keluar melalui past )'ang perrneabei dan lubangJubang pelepasan gas. Biasanya pola diberi lapisan bahan rahan api agar dapat diperoleh permukaan yang mulus. Selain itu diperlukan pemberar 1'ang cukup. ,lan ikaran samping yang kuat untuk mengimbangi tekanan-tekanan tiagei yang terjadi dalam pola.
Keuntungaa dari proses ini meliputi:
1. Sangat tepat untuk mengecor benda-benda daiamjumlah kecil.
2. Tidak memerlukan pemesinan lagi.
3. Menghemat bahan coran.
4, Permukaart mulus.
5. Tidak diperlukar pembuatan pola belahan kayu yang rumit.
6. Tidak diperlukan inti atau kotak inti.
7. Pengecoran jauh lebih sederhana.
Kerugiannya adalah:
1. Pola rusak sewaktu dilakukan pengecoran.
2. Pola lebih mudah rusak, oleh karena itu memerlukan penanganan yang lebih sederhana.

Pasir
Pada pembuatan pola tidak dapat digunakan mesin mekanik. I Tidak ada kemungkinan untuk memeriksa keadaan rongga cetakan.

SALURAN MASUK, PENAMBAH, DAN KARAKTERISTIK PEMBEKUAN

Sistem saluran masuk (gating sistem) untuk mengalirkan logam cair ke dalam rongga cetakan, terdiri dari cawan tuang, saluran turun, pengalir dan saluran masuk
.:mpat logam mengalir memasuki rongga cetakan. Fungsi sistem saluran masuk perlu dirancang dengan mantap dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
1. Aliran logam hendaknya memasuki longga cetakan pada dasar atau dekat dasarnya dengan turbulensi semiilimal mungkin. Hal ini perlu diperhatikan, khususnya pada benda tuang yang kecil-
2. Pengikisan dinding saluran masuk dan permukaan rongga cetakan harus ditekan dengan mengatur aliran iogam cair atau dengan menggunakan inti pasir kering.
3. Aliran logam cair yang masuk harus diatur sedemikian sehingga terjadi solidifikasi terarah. Solidifikasi hendaknya mulai dari permukaan cetakan ke arah logam cair sehingga selalu ada logam cair cadangan untuk menutupi kekurangan akibat penyusutan.
4. Usahakanlah agar slag, kotoran, atau partikei asing tidak dapat masuk ke dalam rongga cetakan.

Cawan tuang yang berdampirigan dengan lubang saluran turun biasanya terdapat - ida cetakan yang besar untuk memudahkan penuangan dan untuk mencegah masuknya '.rak ke dalam cetakan. Cawan tuang selaiu harus dalam keadaan terisi sehingga logam -:.ir mengalir terus-menerus. Pada Gambar 5.4 terlihat adanya salursn penyaing untuk rencegah masuknya terak atau partikel lainnya ke dalam saluran turun kedua. Dapat -ga digunakan sumbat yang terbuat dari pasir kering atau keramik untuk mengatur .,:ran logam cair sehingga hanya cairan yang bersih saja yang dapat memasuki rongga -:takan.
Pada cetakan biasanya terdapat penambah (risers) untuk cadangan iogam cair .erndainya terjadi penyusutan. Penampangnya harus cukup besar. sehingga logarn tetap ::lam keadaan cair selama mungkin dan letaknya dekat rongga cetakan yang agak besar r: mara diperkirakan akan terjadi penyusutan yang cukup berarti.



ambar 5.4.Cara pengaliran logam cair ke dalam rongga cetakan

Penambah buntu terdapat di kotak cetakan atas atau kup. Biasanya ditempatkan langsung di atas saluran masuk logam cair ke dalam rongga cetakan. Oleh karena ir"E logam cair dari penambah buntu mudah memasuki rongga cetakan bila diperlukaa- Penyusutan terjadi bila logam membeku, dan bila solidifikasi tidak diatur denear baik dapat terjadi rongga penyusutan yang 
cukup besar. Seharusnya solidifikasi dr kendalikan sedemikian sehingga rongga terjadl di saluran turun, saluran masuk atau pe'nambah. Pada Gambar 5.5 terlihat gradien suhu dan garis isoterm dalam suatu benCe  coran serta arah aliran panas logam. Umumnya rongga penyusunan terjadi di daeraL di mana terjadi pembekuan logam cair paling akhir, atau daerah yang paling tinggi suhu-
nya. Desain cetakarr harus uimodifikasi sedemikian sehingga hal-hal seperti ini dapat di- hindarkan.
Kadang-kadang aipasangkan cil (batang logam, chill) untuk mengendalikan solidr fikasi, dengan demikian panas dapat disalurkan dengan cepat. Selain itu dapat di tempatkan bahan kimia eksotemik dekat benda coran sehingga suatu daerah tertenru tetap panas.

Gambar5.S.lsotermyangmenuniukandaerahdimanamUngkinteriadironggapenyusutan.

POLA
Jenis Pola.
Pada Gambar 5'6 tampak 7 (tu.1uh) jenis pola' Pola yang paiing-sederhana' '4' me- rupakan pola tunggal. Banlak sekaii bentuk pola.yang terdirl-dari beberapab.aeian' tergantung pada bentuknyu .t<udung-kadang pola dibuat dari dua balian untuk me. muriahkan pembuatan cetakan, lihat Gambar 5.68. Bagian atas dari pola terletak dalam kotak cetakan atas, sebagian lagi dibawah. Bidang pemisah menentukan belahan pola' pada c tampak pola dengan dua bagian yang terlepas sehingga memudahkan pengeluar- an pola dori cetakan.
Unturr membuat cetakan dalam jumlah banyak, dapat digunakan pola lengkap dengan sistem saluran, tthatGambar 1). Biasanya pola jenis ini dibuat dari logam sehingga lebih kuat sekaligus mencegah pelenturan akibat kelembaban' Saluran masuk atau saluran pengalir untuk logam cair terdiri dari bagian penghubung antara masing-masing po]tr'. P)lat penyambung (match plate) memudahkan pekerjaan pembuatan cetakan d.ngun mesin. Pada Gambar E terllhat pelat pcnyambung, dengan belahan pola masing' .rasing. Pelat penyambung terdrri dari pelat logam atau kayu denga,. pola serta saluran ;trng dipasangkan secara tetap. Pada ujungnya terdapat lubang untuk pemasangannya :ada kotak cetakan standar. Papan penuntun dapat digunakan paoa pola tunggal atau ;anda seperti tampak pada Gam ar 5.6F. Pola dengan papan penuntun lebih sulit pem-:uatannya. Cetakan dengan bentuk beraturan dapat dibuat dengan menggunakan poh :u/a/ seperti tampak pada Gambar G. Pola putar digunakan untuk membuat cetakan rangkuk bul4t yang besar. Dan pola sipat datar dapat digunakan untuk membuat alur ::au tonjolan. Keuntungannya adarah mengulangi biaya pembuatan pola tetap yang - rkup mahal.

Jenis Pola,4. Pola tunggal;.8. Pola belah atau pola terpisah; C. Pola terlepas; D' Pola dengan sistem saluran; E Pola dengan papan penyambung; F. Papan penuntun untuk pola roda; G. Pola sipat; sipat lengkung untuk inti pasir basah yang besar dan sipat datar untuk alur.

 Bentuk pola tergantung pada pengalaman pembuat pola, biaya yang tersedia dar- jumlah cetakan yang akan dibuat. Benda cor yang besar biasanya dibuat'tersendlri. Untuk benda berbentuk simetri dapat digunakan pola sipat atau sejenis. Pada pembuar- an pol4 dengan mesin biasanya digunakan pola dengan papan penyambung. Sekaligus dapat dibuat beberapa benda cor. Meskipun cukup mahal biaya pembuatannya, pola semacam ini tahan lama.

Ketepatan Ukuran Coran.
Pada pembuatan pola harus diperhatikan beberapa hal antara lain: pengaruh pe.nyuvtan logam cair, ketirusan, penyelevian, distorsi d,an kelonggaran, sehingga kita dapat memperoleh benda cor yang benar-benar sezuai dengan benda yang akan dibuat.

Penyusutan
Karena hampir semua jenis logam menyusut pada waktu pembekuan, pada waktu membuat pola perlu ditambahkan ukuran pen)'usutan. Untuk kemudahan, untuk besi cor dapat digunakan mistar sttsttt yang 1 ,04% atau 0,0104 minimm lebih panjang dari ukuran standar. Direncanakan suatu roda gigi yang bila pemesinan telah selesai, mem-punyai diameter luar 150 mm. Untuk brons perlu ditambah 1,56%,ba1a2,08%,alumi-nium dan magnesium 1,30%. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai rata-rata dan berubah sedikit tergantung pada desain benda cor, tebal dinding dan susunan 1ogam. Bila membuat pola logam dari benda asal, maka perlu diperhitungkan faktor penyusutan ganda.
Tirus
Bila pola yang dapat diangkat dikeluarkan dari cetakan, kadang-kadang tepi cetakan pasir yang bersentuhan dengan pola terangkat. Oleh karena itu untuk memudahkan pengeluaran pola, maka sisi tegak pola dimiringkaa. untuk permukaan luar,biasanya dipakai penambahan sebesar 1,04% hingga 2,087o. Untuk iubang di sebelah dalam dapat digunakan kemiringan sampai 6,25%.

Penyelesaian
Permukaan coran yang akan mengalami pemesinan biasanya diberi tanda tertentu. Tanda tersebut berarti bahwa pola harus dipertebal, sehingga cukup bahan untuk diselesaikan. Umumnya penambahan adalah 3,0 mm. Untuk pola yang besar suaian tersebut harus diiambah karena ada kemungkinan bahwa benda cor akan melengkung.

Distoni
Distorsi te{adi pada benda coran dengan bentuk yang tidak teratur karena sewaktu membeku terjadi penyusutan yang tidak merata. Kemungkinan ini periu diperhitungkan sewaktu membuat pola.

Kelonggaran
Bila pasir di sekitar poia ditumbuk-tumbuk kemudian pola dilepaskan, pada umumnya ruangan pola akan lebil besar sedikit. Pada benda cor yang besar atau benda cor yang tidak mengalami penyelesaian, ha1 ini dapat diatasi dengan inembuat pola yang kecii sedikit.
Bahan Pola
-"ngkah pertama dalam pembuatan suatu benda cor ialah: persiapan pola. Pola ini '..k berbeda dibandingkan dengan benda cornya sendiri. Perbedaan tersebut mencakup aaian pola untuk mengimbangi penyusutan dan pemesinan dan penambahan lainnya -lruk memudahkan pengecoran. Pola biasanya dibuat dari kayu karena relatif murah dan mudah dibenluk. Karena ::nggunaan pola biasanya terbatas, pola tidak perlu dibuat dari bahan awet. Sebaliknya pola yang diperlukan untuk produksi dalam jumiah yang banyak biasa-'- a dibuat dari logam karena lebih awet dalam penggunaan.
Pola logam tidak berubah bentuk dan rata-rata tidak memerlukan perawatan .-husus. Jenis logam yang banyak digunakan untuk pola ialah kuningan, besi cor dan .':minium. Aluminium banyak digunakan karena mudah dibentuk, ringan dan tahrtn ..-.rosi. Pola logam biasanya dicor mengikuti pola induk yang terbuat dari kayu.

CONTOH PEMBUATAN POLA

-.ebelum membuat blok-V dari besi cor, sesuai Gambat 5.7, diukur dahulu dimcn-
:- pokok dengan mistas susut dan digambar dengan pola pertama' setelah itu perlu
:itambah suaian untuk pemesinan dan tirus sehingga diperoleh denah pola kedua.

denah pertama
alur yang dibuat kemudian

tambahkan 2,4 mm untuk pengerjaan
penyelesa ian.
tambahan kemiringan

Setelah itu baru dipikirkan segi teknik pengecorannya. Setelah semua data desain ter-
kumpul, dibuatkan gambar tekniknya. Sudut atau cetak yang tajam harus diganti
dengan lengkungan untuk menghindarkan terjadinya retak sewaktu logam menyusut
dan juga untuk memudahkan pengeluaran pola dari dalam pasir.
Pola dari kayu harus diberi lapisan pelindurig sirlak atau cat agar tidak meresap
uap air dan memberikan permukaan yang iicin. Kadang-kadang pola dibuat dari bebe-
Kadang-kadang pola dibuat dari beberapa bagian yang terlepas, hal ini dilakukan
untuk memudahkan pengeluarannya dari dalam pasir, dan mencegah rusaknya rongga
pasir cetakan (Gambar 5.8).

Gambar 5.8.

cara pembuatan balok tirus;1. Balok ritus; B. pola yang terdiri dari bagian lepas
dan inti pasir basah; c. Pola menggunakan inti pasir kering;D. pembuatan cetakan
dengdn pola terlepas; E Pembuatan cetakan dengan menggunakan inti pasir kering.

Untuk membuat balok tirus ini dapat ditempuh dua cara. Pola ini terdiri dari bebe-
rapa bagian yang terlepas seperti tampak pada Gambar 5.8 B dan D dengan inti pasir oa'
sah. Atau cara kedua dengan menggunakan inti pasir kering, Gambar 5.8 C dan E. Da'
lam hal ini diperlukan kotak inti dan inti, sehingga harga akan lebih tinggi.

POLA SEKALI PAKAI

Pola sekali pakai, ditinggalkan dalam cetakan dan dibiarkan menguap. Oleh karena
itu pola jenis ini merupakan pola tunggal yang telah dilengkapi dengan sistem salurar
masuk, pengalir dan penambah (Gambar 5.9).

Bahan yang Digunakan
pola sekali pakai dibuat daristirofoam ataupolistiren dengan beratjenis antata i6 sampai 19,2 kglm3 . Kekuatan tekan balran ini adalah 89 sampai 124 MPa. Polistirer dapat diperoleh dalam bentuk lembaran berukuran 1,2 X 1,3 m dengan tebal + 450 mm, Bahan perlu dibiarkan selama 45 hari (setelah pembuatan). Untuk pola kecil dalanr jumlah banyak dapat digunakan bola-bola kecil dari polistiren. Bola-bola kecil ini di' bentuk dalam cetakan logam, dipanaskan dengan uap atau listrik.
Untuk menghaluskan permukaan benda cetak, cetakan disikat, diseka atau di' semprot dengan larutan zirkonium. Untuk menutupi pola dapat digunakan pasir basah pasir dicampur dengan natrium silikat, pasir furan, pasir lepas atau debu.

Suaian Pola.
Suaian untuk pola sekali pakai hanya meliputi penyusutan, penyelesaian dan distorsi.
PASIR
Jenis Pasir
Pasir silika (SiOr). ditemukan di ban1,a-h tempat, dan tersebar di seluruh Nusantara Pasir i,ni sangat cocok untuk cetakan karena tahan suhu tinggi tanpa terjadi penguraian murah harganya, awet dan butirann)'a mempunyai bermacam tingkat kebesaran dar bentuk. Namun, angka muainya tinggi dan memillki kecenderungan untuk nrelebul menjadi satu dengan logam. Karena kandungan debu yang cukup tinggi, dapat berbahaya bagi kesehatan.
Pasir silika murni tidak dapat dimanfaatkan untuk membuat cetakan karena tidal memiliki daya pengikat. Pencampuran lempung sebanyak 8 sampai 15% dapat meningkat daya ikatnya. Jenis lempung yang sering dimanfaatkan adalah kaolin, illit dan bentonit. Bentonit adalah sejenis abu wlkanik, yang telah lapuk.
Pasir cetak alam telah mengandung sejumlah lempung, sehingga untuk membua cetakan baik untuk besibaja maupun nonferrous tinggal menambahkan air saja. Karent pasir cetak alam banyak mengandung bahan-bahan organik, pasir ini kurang baik untul penggunaan pada suhu tinggi. Pasir cetak buatan, terdiri dari butiran silika yang telal dicuci dan ditambah lempung sebanyak 3 sampai 5%. Jumlah air yang ditambahkzu :rk memperoleh kekuatan yang cukup memadai kurang dari 5%',sehingga gas yang apaskan juga berkurang.
Jenis cetakan turut menentukan ukuran butiran pasir. Untuk cetakan yang kecil rumit digunakan pasir yang halus sehingga didapat benda cetak yang baik. Benda yang besar memerlukan pasir cetak yang lebih kasar, ini untuk memudahkan pele-n gas. Butiran tajam berbentuk tak teratur sangat baik oleh karena mereka saling rautan dan meningkatkan kekuatan cetakan.

.\GUJIAN PASIR
r cetak perlu diuji secara berkala untuk mengetahui siflat-sifatnya. Sifat pasir iak berubah akibat tercampur kotoran-kotoran atau karena pengaruh suhu yang :ggi. Pengujian yang lazim diterapkan adalah pengujian mekanik untuk menentukan ai-sifat pasir sebagai berikut :
1. Permeabilitas. Porositas pasir memungkinkan pelepasan gas dan uap yang terbentuk dalam cetakan.
2. Kekuatsn. Pasir harus memiliki gaya kohesi; kadar air dan lempung mempengaruhi sifat-sifat kohesi.
3. Ketahanan terhadap suhu tinggi. Pasir harus tahan terhadap suhu tinggi tanpa melebur.
4. Ukuran dan bentuk butiran. Ukuran butiran pasir harus sesuai dengan sifat permukaan yang dihasilkan. Butiran harus berbentuk tidak teratur sehingga , memiliki kekuatan ikatan:yang memadai.

jian Kekerasan Cetakan dan Inti

PidaGambar 5.10 tampak alat pengukur kekerasan cetakan. Prinsip kerjanya ada-

sederhana; bola baja @ 5,08 m ditekan ke dalam permukaan cetakan oleh per

it'a 2,3 N). Kedalaman penetrasi yang diukur dalam milimeter menjadi indikasi dari-
ja kekerasan. Cetakan dengan pemadatan sedang mempunyai nilai kekerasan : 75.

Analisa Ayak
Analisa ayak dilakukan untuk menentukan persentase distribusi ukuran butira Mula-mula pasir dicuci sampai bebas dari lempung, kemudian dikeringkan. Untuk ana_L digunakan satu set ayakan standar NBS dengan ukuran (mesh) 6,12,20,30,40, 50. 100, 140,200 dan 270. Ayakan tersebut ditumpuk dan diletakkan pada pengguncar.
Mula-mula pasir diletakkan di ayakan yang paling kasar di atas; dan setelah diguncar kan selama l5 menit, berat pasir yang tertinggal di masing-masing ayakan ditimbang d dinyatakan dalam persen berat. Untuk memperoleh bilangan kehalusan AFA (lihat Tabel 5.1) persentase ber dikalikan faktor tertentu, kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan persentase pa yang tertinggal. Bilangan ini berguna untuk membandingkan berbagai jenis pasir.

Pengukuran Kadar Air
Kadar air pasir cetak tergantung pada jenis cetakan dan jenis logam yang dicc . Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, kadar air perlu dikendalikan dengan teli Salah satu cata yang paling teliti adalah dengan menimbang pasir sebelum dan sesudi dikeringkan. Pada alat pengukur kelembuban terdapat elemen pemanas dan penir unluk mengeringkan pasir. Dari selisih berat dapat dihitung persentase kadar air. Kad air sebaiknya berkisar antara 2 dan 8%, tergantung pada jenis cetakan.

Pengujian Kadar kmpung
Alat untuk menentukan kadar lempung terdiri dari dapur pemanas, timbangan dt pencuci pasir. Sejumlah pasir dikeringkan kemudian dicampur dengan larutan sor ;r riii(, setelah beberapa lama,larutan soda kaustik yang mengandung lempung dibuang. ;ril.i*s ini diulangi tiga kali. Contoh dikeringkan, ditimbang dan dibandingkan dengan lm::i: mula untuk menentukan kadar lempung.

**=-Cujian Permeabilitas
:rrsr cetak yang baik harus mampu mengalirkan uap dan gas-gas yang dilepaskan r,mr: logam panas. Hal ini tergantung pada beberapa faktor, antara lain, bentuk butiran n,r,ru:. kehalusan, tingkat pemampatan, kadar air dan jumlah unsur pengikat. Permea' Llrl,lu.,.!s ditentukan oleh jumlah udara yang melalui contoh pasir cetak dalam keadaan ti.u:.:ar. Pasir cetak berbutir kasar dengan sendirinya mempunyai nilai permeabilitas Lri:1 iebih baik. Pencampuran pasir ha.lus dengan pasir kasar akan dapat mengubah r "q rermeabilitas. Harga maksimum dicapai pada 5% kelembaban' a juga peralatan yang dengan langsung mencatat permeabilitas pasir cetak, se-
rur:i rampak dalam Gambar 5 'l I '

Kekuatan Pasir
untuk menentukan daya tahan dan daya ikat pasir basah maupun pasir kerir dakan percobaan tekan, percobaan tarik, percobaan geser atau percobaan ke. melintang. Yang umum digunakan sebagai patokan adalah kekuatan tekan. Karen bersifat rapuh perlu diadakan persyaiatan pengujian khusus. Pada Gambar 5.12 tampak mesin pengukur kekuatan pasir. contoh stand, ukuran panjang 50 mm, didmeter 50 mm. Beban diberikan dengan laju pemh yang konstan. Di samping itu terdapat pula peralatan tambahan untuk melakuki cobaan tarik, percobaan geser, dan sebagainya, baik untuk pasir basah/kering m untuk inti.

PERALATAN UNTUK PERSIAPAN PASIR CETAK

Pasir cetak yang dipersiapkan dengan baik merupakan faktor penting yang menentukan mutu cetakan. Pasir baru atau pasir bekas perlu dipersiapkan denga sehingga memiliki sifat-sifat berikut :
1. Bahan pengikat tersebar dengan rata.
2. Kadar air terkendali dan permukaan butiran basah.
3. Pasir bebas dari kotoran.
4. Pasir terlepas dan tidak menggumpal sehingga sangat baik untuk membuat cetakan.
5. Suhu pasir mencapai ruang.

Untuk memperoleh pasir cetak yang baik biasanya dipergunakan mesir campur atau penggiling pasir. Lihat Gambar 5.13. Mesin ini mempunyai dua roda menggelinding pada poros mendatar, dan mengitari poros utama vertikal. Pa giling, ditekan dan diaduk selama beberapa menit sampai terbentuk campuran merata antara pasir dengan bahan pengikat. Selain pasir cetak, dapat pula dicampur inti.







Pada Gambar 5.14 tampak suatu unit pengolahan pasir. Pasir cetak bekas da- - :lanfaatkan kembali. Setelah logam cair dituangkan dan membeku, cetakan di- .: pada ujung ban berjaian. Setelah diayak untuk memisahkan kotoran-kotoran :su yang sangat kasar, pasir melalui ban berjalan yang lebih kecil, masuk ke dalam .r rnagnetik untuk rnenyisihkan potongan-potongan besi yang terdapat dalam Prsir kernudian masuk dalam elevator ember, disaring kemudian disimpan di tem- ::rvimpanan pasir. Setelah itu pasir dial',i hembusan udara agar butiran pasir ter- -rn memudahkan pembuatan cetakan. Siklus daur ulang pasir bekas selesai dan ,-lp pakai lagi.

Gambar 5.14. Unit pengecoran.


ligunakan bila dalam suatu cetakan perlu dibuat rongga atau lubang, sebagai con- lubang baut. Ini dapat dldelinisikan sebagai: bentuk dalam cetakan untuk men -.1 pengisian logam pada bagian tertentu. Bagian ini dapat dibuat sebagai bagian dari . itu sendiri atau dipasang setelah pola dikeluarkan. Dengan dernikian inti dapat : .lentuk permukaan dalam atau luar dari benda cetak tersebut.
--' Inti.
Japat dibagi dalam dua kelompok: inti pasir basah dan inti pasir kering. Pada -- rar 5.15 tampak berbagai jenis inti. Intl pasir basah, Gambar5.I5A, merupakan -..n dari poia dan terbuat dari bahan yang sama dengan cetakan. Lubang dalam benda .,1 dibuat dari pasir basah.








Inti pasir kering dibuat secara terpisah dan dipasang setelah pola dikeluarka: belum cetakan ditutup. Biasanya dibuat dari pasir kali yang bersih, yang dicamp-: ngan bahan pengikat dan dipanaskan sehingga memperoleh kekuatan tertentu. ,i: jenis inti pasir kering dapat dilihat pada Gambar 5.15. PadaB tampak cara pemas.:  yanglazim digunakan untuk membuat busing silinder.

Gambar 5.15. Berbagai jenis inti A. Pola dengan inti pasir-basah;.8. lnti pasir kering yang dise pada kedua ujungnya; C. lnti pasir kering vertikal;D. lnti pasir kering;E'. lnti kering yang tergantung; F. lnti bawah.

Pada inti vertikal, Gambar 5.i 5C, ujung atas perlu dibuat tirus sehingga tidak rusak pasir dalam kup sewaktu membuat cetakan. Inti yang disangga di salah satu uj.r  nya harus cukup panjang sehingga tidak dapat jatuh ke dalarn cetakan Gambar 5,i: dan disebut inti berimbang. Ini seperti tampak dalam Gambar E adalah inti terganr- Inti sen.racam ini berlubang untuk memurgkinkan aliran logam cau. Inti bawah,Gar
















iigunakan bila lubang berada di bawah permukaan pemisah.

Untuk meringankan biaya, gunakanlah inti pasir basah sejauh mungkin. Inti ter- lebih sulit dan biasanya hal ini berarti peningkatan biaya pembuatan pola. Inti rus dibuat secara terpisah dalam konk inti, kemudian dipasang dengan tepat dalam m. Lubang yang teliti dengan permukaan halus dihasilkan oleh inti pasir kering. Inti pasir kering harus ditopang dengan baik. Biasanya ini menjadi satu dengan an; akan tetapi untuk inti yang sulit dan besar, perlu diberi penopang logam. hik cair penopang logam biasanya rendah, dan bila logam cair dituangkan, penopang isebut menyatu dengan benda cor. Penggunaan penopang logam sebaiknya dihindar-karena sulit untuk memperoleh ikatan yang baik.
ri harus memiliki kekuatan yang memadai dan harus juga mempunyai porositas. aktu logam cair mengenai inti, terjadi pembebasan gas karena bahan pengikat ter- sehingga harus ada saluran untuk pelepasan gas-gas tersebut. Selain itu inti harus punyai permukann yang halus dan harus tahan panas.

htti

i dibuat dalam kotak inti atau dapat pula dibuat dengan menggunakan pola sipat. i yang mudah pecah atau inti berukuran sedang perlu diperkuat dengan kawat, il itu harus dic'egah kemungkinan terapungnya inti dalam logam cair. Pada inti yang biasanya digunakan pipa yang berlubang, selain memperkuat inti, pipa tersebut  ungsi sebagai pelepas gas.

dan Bahan Pengikat Inti
yak cat sering digunakan sebagai bahan pengikat. Minyak tersebut membentuk Mn pada butiran pasir dan mengeras akibat oksidasi. Inti semacatn ini perlu dipanas-  selama 2 jam pada suhu 180-220oC. Camburanyang lazim digunakan adalah 40 pasir kali: I bagian minyak cat. Salah satu keuntungannya ialah bahwa inti se- cam ini tidak meresap air dan tetap memiliki kekuatan.

Pengikat lain yang mudah diperoleh ialah tepung terigu, dekstrin dan kanji. bandingan pengikat dengan pasir adalah I : 8 (atau lebih). Selain itu dapat pula di-purkan pasir bekas sedikit. Beberapa jenis plastik, termoset, termasuk urea dan f-enol ialdehida digunakan sebagai pengikat. Pengikat ini dicampur dengan bahan lainnya :ti tepung silika, tepung, ail atau minyak tanah.'Pengikat urea dipanaskan antara sampai tgO'C; dan pengikat fenol pada 200 sampai 230"C. Jenis pengikat ini me' kekuatan adhesi yang tinggi, tahan kelembaban, dan menghasilkan permukaan rata- lu dipanaskan, mudah dibuat dan murah harganya'
Pada waktu ini banyak digunakan bahan pengikat resin fulfural alkohol.?engikat is ini dapat mengeras di udara atau memerlukan pemanasan sekitar 22O"C. Selain itu enal 5uga inti yang dibuat dari campuran pasir dengan silikat natrium yang setelah adatkan dalam kotak inti dapat dikeraskan dengan proses co2. Inti:inti ini tidak

MESIN PEMBUAT INTI

Dikenal berbagai jenis mesin pembuat inti, seperti mesin guncang, mesin tekan, meslr
guncang - tekan dan mesin pelempar pasir. Mesin peniup pneumatik dapat menghasilkan inti kecil dan sedang dalam jumlaf yang banyak. Di sini pasir ditiupkan dengan tekanan dan kecepatan tinggi dari tempar pasir ke dalam koiak inti. PadaGambar 5.16tampak cara kerja mesin peniup tersebur Kotak inti mempunyai lubang-lubang angin yang halus untuk aliran udara. Pasir tidai dapat lewat lubanglubang tersebut dan letaknya harus tepat untuk mengatur aliran pasir

Gambar 5.16' Diagram kerja mesin peniup

Mesin ini dirancang untuk membuat inti dalam jumlah 1'ang banyak dengan cepa Biaya pembuatan kotak inti cukup mahal, nainun inti yang dihasilkan beirtuknya tepi dengan permeabilitas yang baik. Bentuk inti yang sederhana dapat juga dihasillia secara kontinu dengan proses ekstrusi. Mesin ini terdiri dari hopper tempat mencarnpu kan pasir. Di bawahnya dalam posisi mendatar, terdapat konveyor uiir spiral yang mel dorong campulan pasir melalui cetakan dengan kecepatan dan tekanan yang diatu  Mesin pembuatan cetakan secara mekanis. Dengan menggunakan mesin dapat dihasilkan cetakan dengan mutu yang lebih baii serta lebih cepat. Dikenal berbagai jenis mesin pelnbuat cetakan, tergantung pac desain, cara memadatkan pasir dan cara operasinya.Pada Gambar5.17 terlihat beberal  cara untuk memadatkan pasir.




0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
Powered By Blogger

Banner

Cari Blog Ini

Pages

Blogger templates

Banner