BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Landasan Teori
Menurut jenis
cetakan yang digunakan proses pengecoran
dapat diklasifikan menjadi dua katagori :
1.
Pengecoran
dengan cetakan sekali pakai.
2.
Pengecoran
dengan cetakan permanen.
Pada proses pengecoran dengan cetakan sekali pakai, untuk
mengeluarkan produk corannya cetakan harus dihancurkan. Jadi selalu dibutuhkan
cetakan yang baru untuk setiap pengecoran baru, sehingga laju proses pengecoran
akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi untuk beberapa bentuk geometri
benda cor tersebut, cetakan pasir dapat menghasilkan coran dengan laju 400 suku
cadang perjam atau lebih.
Pada proses cetakan permanen, cetakan biasanya di buat dari bahan
logam, sehingga dapat digunakan berulang-ulang. Dengan demikian laju proses
pengecoran lebih cepat dibanding dengan menggunakan cetakan sekali pakai,
tetapi logam coran yang digunakan harus mempunyai titik lebur yang lebih rendah
dari pada titik lebur logam cetakan.
Cetakan Pasir : cetakan pasir merupakan cetakan yang paling banyak
digunakan, karena memiliki keunggulan :
v Dapat mencetak logam dengan titik lebur yang tinggi,
seperti baja, nikel dan titanium;
v
Dapat
mencetak benda cor dari ukuran kecil sampai dengan ukuran besar;
v
Jumlah
produksi dari satu sampai jutaan.
Tahapan pengecoran logam dengan cetakan pasir :
Dalam gambar 3.1 ditunjukkan tahapan pengecoran logam
dengan menggunakan cetakan pasir sebagai berikut :
Ø Pembuatan pola, sesuai dengan bentuk coran yang akan
dibuat;
Ø
Persiapan
pasir cetak;
Ø
Pembuatan
cetakan;
Ø
Pembuatan
inti (bila diperlukan);
Ø
Peleburan
logam;
Ø
Penuangan
logam cair kedalam cetakan;
Ø
Pendinginan
dan pembekuan;
Ø
Pembongkaran
cetakan pasir;
Ø
Pembersihan
dan pemeriksaan hasil coran;
Ø
Produk
cor selesai.
Gambar 01 Tahapan
pengecoran logam dengan cetakan pasir
Catatan : Kadang-kadang diperlukan perlakuan panas terhadap
produk coran untuk memperbaiki sifat-sifat metalurginya.
BAB
II
PEMBUATAN
CETAKAN PASIR
Ada
dua cara pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir. Pembagian dilakukan
berdasarkan jenis pola yang digunakan:
1.
Pola yang dapat digunakan berulang-ulang dan
2.
Pola sekali pakai
Urutan
pembahasan proses pengecoran adalah sebagai berikut:
1.
Prosedur pembuatan cetakan
2.
Pembuatan pola
3.
Pasir
4.
Inti
5.
Peralatan (mekanik)
6.
Logam
7.
Penuangan dan pembersihan benda cor.
Prosedur pembuatan cetakan
Cetakan
diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan:
1.
Cetakan pasir basah (green-sand molds)
Cetakan dibuat dari pasir cetak basah.
2.
Cetakan kulit kering (Skin dried mold)
3.
Cetakan pasir kering (Dry-sand molds)
Cetakan dibuat dari pasir yang kasar dengan
bahan pengikat
4.
Cetakan lempung (Loan molds)
5.
Cetakan furan (Furan molds)
6.
Cetakan CO2
7.
Cetakan logam
Cetakan logam terutama digunakan pada proses
cetak-tekan (die casting) logam dengan suhu cair rendah.
8.
Cetakan khusus
Cetakan khusus dapat dibuat dari plastic,
kertas, kayu semen, plaster, atau karet.
Proses
pembuatan cetakan yang dilakukan di pabrik-pabrik pengecoran dapat di
kelompokkan sebagai berikut:
1.
Pembuatan cetakan di meja (Bench molding)
Dilakukan untuk benda cor yang kecil.
2.
Pembuatan cetakan di lantai (Floor molding)
Dilakukan untuk benda cor berukuran sedang atau
besar
3.
Pembuatan cetakan sumuran (pit molding)
4.
Pembuatan cetakan dengan mesin (machine molding)
Pembuatan Cetakan
Cetakan dibuat dalam rangka cetak (flak) yang terdiri dari dua
bagian, bagian atas disebut kup dan bagian bawah disebut drag. Pak kotak cetak
yang terdiri dari tiga bagian, bagian tengahnya disebut cheek. Kedua bagian
kotak cetakan disatukan pada tempat tertentu dengan lubang dan pin.
Cetakan Pola Sekali Pakai
Gambar 02. Cetakan Pola Sekali Pakai
Keuntungan
dari proses cetak sekali pakai ini meliputi :
1.
Sangat tepat untuk mengecor benda-benda dalam
jumlah kecil
2.
Tidak memerlukan pemesinan lagi
3.
Menghemat bahan coran
4.
Permukaan mulus
5.
Tidak diperlukan pembuatan pola belahan kayu
yang rumit
6.
Tidak diperlukan inti atau kotak inti
7.
Pengecoran jauh lebih sederhana
Kerugiannya
adalah :
1.
Pola rusak sewaktu dilakukan pengecoran
2.
Pola lebih mudah rusak, oleh karena itu
memerlukan penangangan yang lebih sederhana.
3.
Pada pembuatan pola tidak dapat digunakan mesin
mekanik
4.
Tidak ada kemungkinan untuk memeriksa keadaan
rongga cetakan
SALURAN MASUK, PENAMBAH,
DAN KARAKTERISTIK PEMBEKUAN
Sistem saluran masuk (gating system) untuk
mengalirkan logam cair ke dalam rongga cetakan, terdiri dari cawan tuang, saluran
turun, pengalir dan saluran masuk tempat logam mengalir memasuki rongga
cetakan. Fungsi system saluran masuk perlu dirancang dengan mantap dengan
mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
1.
Aliran logam hendaknya memasuki rongga cetakan
pada dasar atau dekat dasarnya dengan turbulensi seminimal mungkin. Hal ini
perlu diperhatikan, khususnya pada benda tuang yang kecil
2.
Pengikisan dinding saluran masuk dan permukaan
rongga cetakan harus ditekan dengan mengatur aliran logam cair atau dengan
menggunakan inti pasir kering.
3.
Aliran logam cair yang masuk harus diatur
sedemikian sehingga terjadi solidifikasi terarah. Solidifikasi hendaknya mulai
dari permukaan cetakan kea rah logam cair sehingga selalu ada logam cair
cadangan untuk menutupi kekurangan akibat penyusutan.
4.
Usahakanlah agar slag, kotoran atau partikel
asing tidak dapat masuk ke dalam rongga cetakan.
Gambar 03. Cara pengaliran logam cair kedalam
rongga cetakan
PASIR
Pasir silica (SiO2), ditemukan di banyak tempat,
dan tersebar di seluruh Nusantara. Pasir ini sangat cocok untuk cetakan karena
tahan suhu tinggi tanpa terjadi penguraian, murah harganya, awet dan butirannya
mempunyai bermacam tingkat kebesaran dan bentuk. Namun, angka muainya tinggi
dan memiliki kecenderungan untuk melebur menjadi satu dengan logam. Karena
kandungan debu yang cukup tinggi, dapat berbahaya bagi kesehatan.
PENGUJIAN PASIR
Pasir cetakan perlu diuji secara berkala untuk mengetahui
sifat-sifatnya. Pengujian yang lazim diterapkan adalah pengujian mekanik untuk
menentukan sifat-sifat pasir sebagai berikut:
1.
Permeabilitas. Porositas pasir memungkinkan
pelepasan gas dan uap yang terbentuk dalam cetakan
2.
Kekuatan. Pasir harus memiliki gaya kohesi,
kadar air dan lempung, mempengaruhi sifat-sifat cetakan.
3.
Ketahanan terhadap suhu tinggi. Pasir harus
tahan terhadap suhu tinggi tanpa melebur.
4.
Ukuran dan bentuk butiran. Ukuran butiran pasir
harus sesuai dengan sifat permukaan yang dihasilkan. Butiran harus berbentuk
tidak teratur sehingga memiliki kekuatan ikatan yang memadai.
Pengujian Kekerasan
Cetakan Inti
Pada gambar 3. tampak alat pengukur kekerasan cetakan. Prinsip
kerjanya adalah sederhana, bola baja f 5,08 m ditekan ke dalam
permukaan cetakan oleh per (gaya 2,3 N). kedalaman penetrasi yang diukur dalam
millimeter menjadi indikasi dari pada kekerasan. Cetakan dengan pemadatan
sedang mempunyai nilai kekerasan : 75.
Gambar 04. Alat pengukur
kekerasan cetakan
Syarat Umum Pasir Cetak
·
REFRACTORINESS (Tahan suhu tinggi).
·
COHESIVENESS (Kemudahan dibentuk).
·
PERMEABILITY (Mampu dilewati udara/gas).
·
COLLAPSIBILITY (Memberi tempat utk perubahan
bentuk) dlm kasus distorsi.
Material Pasir
·
Pasir Silika
·
Pasir Chromit
·
Pasir Zirkon
Pada percobaan kali ini pasir yang saya gunakan adalah pasir
silica dengan alasan :
·
Pasir silica Merupakan pasir yang paling banyak
digunakan karena jumlahnya
·
yang sangat banyak dan juga
harga yang murah.
·
Merupakan pasir sintetis atau pasir buatan.
·
Kadar SiO2 95%.
·
Pasir berkualitas tinggi dengan sedikit
impurities.
·
Sangat cocok pengecoran logam Fe (besi dan baja)
& non Fe seperti Al.
Komposisi Pasir Silika
·
SiO2 81,4 ± 92,4 %
·
Al2O3 3,94 ± 8,84 %
·
FeO, Fe2O3 0,5 ± 2,91%
·
TiO2 0,12 ± 0,43 %
·
CaO 0,12 - 2,82 %
·
MgO 0,16 ± 1,56%
·
Na2O, K2O 1,7 - 4,37 %
·
Less on Ignition 0,9 ± 5 %
Pola Cetakan yang Digunakan
Pola cetakan yang saya
gunakan pada percobaan kali ini seperti yang tergambar di bawah ini:
Gambar
05. Pola cetakan
Langkah-langkah pembuatan cetakan pasir
1. siapkan papan sebagai
tempat untuk meletakan rangka cetak dan pola cetakan.
Gambar 06. Papan tumpuan
2. papan powder (grafit)
diatas papan agar pasir tidak melengket pada papan tumpuan.
Gambar 07. Papan yang
ditaburi powder (grafit)
3. Letakan pola bagian bawah diatas papan yang telah ditaburi
powder (grafit) dalam posisi terbalik.
Gambar 08. Pola
diletakan dalam posisi terbalik diatas papan
4. pasang rangka cetak diatas papan mengikuti posisi pola dan isi
dengan pasir cetak yang telah dipersiapkan lalu padatkan sampai pasir merata
Gambar 09. Pemasangan
rangka cetak pada pola
5. balik drag (cetakan
pasir bagian bawah) kearah atas.
Gambar 10. Drag yang
dibalik
6. letakan pola bagian
atas diatas drag (cetakan pasir paling bawah.
7. taburkan grafit
diatas drag agar pasir cetak tidak menyatu diantara pola, dan letakan rangka
cetak bagian atas yang mengikuti pola posisi bagian atas, lalu pasng pengunci
agar pola dan rangka cetak tidak berubah posisi
Gambar 11. Penempatan
rangka cetak bagian atas
8. pasang pola saluran
turun dan pola saluran tambahan seperti gambar dibawah ini.
Gambar 12.penempatan
pola saluran
9. setelah pola saluran terpasang masukkan pasir cetak (silica)
kedalam rangka cetak lalu dipadatkan hingga benar-benar padat.
Gambar 13. Pemadatan
Pasir Cetak
10. Setelah pasir cetakan pada CUP dan DRAG benar-benar padat,maka
pola cetakan dan pola saluran kita keluarkan secara bertahap dengan membongkar
bagian CUP terlebih dahulu, setelah itu kita pasang kembali bagian CUP seperti
semula dan pasangkan pengunci, maka cetakan pasir telah siap untuk digunakan.
Gambar 14. Gambar pasir yang siap digunakan
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada percobaan pembuatan cetakan pasir untuk logam Fe (besi dan
baja) dan non Fe seperti Al sangat cocok digunakan pasir silica karena :
Pasir silica Merupakan pasir yang paling banyak digunakan karena
jumlahnya yang sangat banyak dan juga harga yang murah.
1.
Merupakan pasir sintetis atau pasir buatan.
2.
Kadar SiO2 95%.
3.
Pasir berkualitas tinggi dengan sedikit
impurities.
4.
Saluran turun di desain sedemikian rupa sehingga
mempermudah menyaring benda yang tidak di inginkan untuk masuk kedalam benda
cetakan.
5.
Keuntungan dari proses cetak sekali pakai ini
meliputi :
a.
Sangat tepat untuk mengecor benda-benda dalam
jumlah kecil
b.
Tidak memerlukan pemesinan lagi
c.
Menghemat bahan coran
d.
Permukaan mulus
e.
Tidak diperlukan pembuatan pola belahan kayu
yang rumit
f.
Tidak diperlukan inti atau kotak inti
g.
Pengecoran jauh lebih sederhana
6.
Kerugiannya adalah :
a.
Pola rusak sewaktu dilakukan pengecoran
b.
Pola lebih mudah rusak, oleh karena itu
memerlukan penangangan yang lebih sederhana.
c.
Pada pembuatan pola tidak dapat digunakan mesin
mekanik
d.
Tidak ada kemungkinan untuk memeriksa keadaan
rongga cetakan
Selain pasir silica ada juga bahan cetakan pasir lainya seperti
pasir Chromit dan pasir Zirkon
0 komentar:
Posting Komentar